Sebetulnya, mestinya sekarang dia sudah punya uang, karena dia sekarang adalah seorang menteri dari kabinet Presiden Joko Widodo. Masa menteri enggak bisa menebus lukisan dari saya? Saya percaya, kalau dia membaca tulisan ini mungkin pasti langsung ia tebus lukisan itu.
Sebetulnya, mestinya sekarang dia sudah punya uang, karena dia sekarang adalah seorang menteri dari kabinet Presiden Joko Widodo. Masa menteri enggak bisa menebus lukisan dari saya? Saya percaya, kalau dia membaca tulisan ini mungkin pasti langsung ia tebus lukisan itu.
Namun, satu hal yang mengejutkan saya: mereka tetap tidak suka Barat. Bahkan, mereka merasa bersaing. Juga terhadap Jepang dan Cina, mereka masih merasa jauh. Dua bangsa yang mereka cintai dan mau berbuat banyak untuk kedua bangsa itu adalah bangsa Vietnam dan… bangsa Indonesia!
Bina terus hubungan dengan Tiongkok, dengan Rusia, dengan Vietnam, dengan Iran, tanpa perlu merasa takut, sebagaimana dulu dilakukan Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi, Presiden Pertama Republik Indonesia.
Jepang mengisyaratkan Sekutu dapat mengambil apa pun dari Jepang, bahkan bisa dikatakan Sekutu boleh memperlakukan seperti apa pun bangsa Jepang. Hanya ada satu hal yang Jepang inginkan dari sang pemenang perang: pemerintah Jepang tetap menguasai penuh bidang pendidikan tanpa ada campur tangan pihak asing.
Tak lama setelah dilantik sebagai perdana menteri, pada tahun 1959 juga, Fidel bersama Che Guevara terbang ke Jakarta untuk menemui guru revolusi mereka: Bung Karno. Setahun kemudian, Bung Karno melakukan kunjungan balasan ke Kuba.